Selasa, 29 Desember 2015

[Review] A Is For Alibi

Pict from Google

Judul : A is for Alibi
Penulis : Sue Grafton
Published : Henry Holt and Company, New York
Penerjemah : Sylfentri
Penyunting : Yudi
Penerbit : Dastan Books
Cetakan : Pertama, Juni, Jakarta 2009
Jumlah halaman : 324 hlm
ISBN : 978 – 979 – 3972 – 57 – 2


“Aku seorang detektif swasta yang bersertifikat di California. Dua hari yang lalu, aku membunuh seseorang, dan kejadian itu selalu berkecamuk di kepalaku. Aku adalah orang yang baik dan punya banyak teman. Selain pekerjaan yang beresiko, kehidupanku biasa-basa saja. Tanpa peristiwa yang berarti dan berjalan mulus. Membunuh terasa aneh, dan aku masih belum bisa melupakannya.”


Kinsey Millhone adalah seorang mantan polisi yang beralih profesi menjadi detektif swasta. Usianya mendekati kepala tiga dan sudah pernah menikah 2 kali tanpa mempunyai anak. Ia hidup sendiri di apartemennya dengan rutinitas rumah, kerja dan rumah lagi.

Suatu hari seorang wanita cantik yang baru bebas dari penjara ingin menggunakan jasanya. Wanita ini sudah di penjara selama 8 tahun karena telah membunuh suaminya sendiri dengan racun. Namun yang membuat Kinsey  heran wanita itu datang kepadanya untuk memintanya kembali menyelidiki kasus pembunuhan tersebut. Wanita ini mengaku tidak pernah membunuh suaminya namun entah mengapa semua bukti jadi terarah padanya hingga akhirnya ia dijebloskan ke penjara selam 8 tahun dan meninggalkan putranya yang tuli bersekolah di asrama.

Sabtu, 19 Desember 2015

[Review] Theodore Boone : The Accused (Sang Tersangka)

www.gramedia.com

Judul : Theodore Boone, The Accused (Sang Tersangka)
Penulis : John Grisham
Penerbit : Boone & Boone LLC
Alih bahasa : Fanny Yuanita
Editor : Monica Dwi Chresnayani
Desain cover : Eduard Iwan Mangapong
Hak cipta terjemah Indonesia : PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit pertama kali : Jakarta, Desember, 2012
Jumlah halaman : 288 halm
ISBN : 978 – 979 – 22 – 9049 – 3

“Ingin rasanya Theo berteriak, mengatakan bahwa ia bukan pencuri, bahwa ia tidak mencuri barang apa pun milik Big Mac, bahkan ia belum pernah mencuri apa pun seumur hidupnya, tapi selama beberapa saat, ia hanya berdiri terpaku di sana.

Seumur-umur, ia tidak pernah dituduh melakukan kejahatan.”


Berkisah tentang Theodore Boone, seorang anak berumur 13 tahun yang memiliki cita-cita sebagai pengacara. Pengalamannya dalam beberapa peristiwa kejahatan sangat tidak biasa untuk ukuran anak kelas 8. Cita-citanya sebagai pengacara bukan hanya karena rasa tertariknya dengan bidang hukum namun juga pengaruh dari kedua orang tuanya yang merupakan pengacara. Mr. Boone merupakan pengacara yang menangani property real estate dan ibunya, Mrs. Boone adalah pengacara spesialis perceraian. Meski kedua orangtuanya bukan pengacara perkara kriminal, namun ketertarikan Theo dengan kasus kejahatan sangat besar. Perpaduan antara rasa penasaran seorang bocah dan naluri keadilan yang sudah terpupuk sejak kecil.

[Review] Rumah Lebah

ruwimeita.wix.com

Judul : Rumah Lebah
Penulis : Ruwi Meita
Editor : Feby Indirani
Proof reader : Resita Wahyu Febiratri
Penata letak : Yanto
Desain sampul : Dwi Anisa Anindhika
Penerbit : Gagas Media
Cetakan : Pertama, 2008
Jumlah halaman : 286 hlm
ISBN : 979 – 780 – 228 – 0

“Jiwa kita adalah rumah tanpa jendela pun pintu, anehnya kita pasti bisa keluar untuk berlarian di padang rumput, membebaskan tubuh kita, dan menyanyikan lagu para ilalang ….”
“Tak ada yang lebih miris daripada mayat yang mengapung di danau karena dia membawa kabar kematiannya dalam kebisuan. Sesungguhnya dia berseru-seru dalam kebekuannya …”


Mala adalah seorang gadis cilik yang cerdas namun aneh. Hal itu disadari oleh ibunya, Nawai. Beberapa peristiwa ganjil membuat Nawai tidak habis pikir apa yang sebenarnya terjadi pada putri semata wayangnya ini. Di satu sisi ia bangga dengan kecerdasan yang dimiliki oleh Mala. Di usia 10 tahun , gadis itu memiliki pengatahuan setara dengan orang dewasa. Jika gadis kecil seusianya membaca majalah anak-anak, maka sehari-hari Mala melahap ensiklopedia yang tebal dan novel-novel rumit sekelas Stephen King. Belum lagi ia menguasai bahasa Spanyol dengan fasih. Keahlian yang membuat Nawai dan Winaya, suaminya, kebingungan. Karena mereka tidak pernah mengajarkan bahasa Spanyol bahkan mereka sendiri pun asing dengan bahasa tersebut.