Judul : Cinta Di ujung Sajadah
Penulis : Asma Nadia
Editor : Birulaut
Layout : Lian Kagura
Desain sampul : Arilight design & creative workshop
Sumber foto : Asma Nadia & internet
Penerbit : PT Lingkar Pena Kreativa
Cetakan : Pertama, Agustus 2008
Jumlah halaman : 360 hlm
ISBN : 979 – 1367 – 57 – 8
“Hidup yang dipenuhi perasaan kehilangan. Sejak
kecil dia tahu dunianya berbeda. Melalui hari-hari tanpa Ibu. Papa yang tidak
punya waktu dan sering marah-marah. Mama Alia yang disibukkan dengan kegiatan
yang seabrek. Juga Anggun dan Cantik, dua boneka Mama Alia yang tak pernah
menyukai Cinta.”
Kisah Cinderella
yang tergambar jelas pada kehidupan Cinta Dianing Ayu, atau cukup dipanggil
dengan Cinta. Bedanya Cinta gak disuruh buat jadi pembantu dan disiksa habis-habisan.
Namun tetap saja sikap ibu dan kedua saudara tirinya cukup menyebalkan baginya.
Mama Alia memang tidak hobi membentak namun jelas sikapnya tidak menunjukkan
ketulusan seorang ibu. Ia lebih sibuk mengurus kedua putrinya yang memiliki
bentuk dan sifat yang berbeda, Anggun dan Cantik, yang keduanya sama-sama
membenci Cinta.
Cinta yang
sudah kebal pada sikap saudara tirinya tidak terlalu ambil pusing karena ia
sendiri memiliki sebuah masalah yang sejak dulu selalu ia pendam. Kerinduan
akan sosok seorang ibu. Papa Cinta selalu berkata bahwa ibunya sudah meninggal
meski tidak pernah dengan jelas menunjukkan lokasi makamnya. Cinta juga tidak
tahu seperti apa sosok ibunya karena tidak satupun foto sang ibu yang tersimpan
di rumah tersebut. Cinta hanya bisa merangkai rindunya dengan melihat sosok ibu
teman-temannya. Yang kemudian membuat ia memiliki kebiasaan unik untuk memotret
dan menyimpan foto ibu dari para sahabatnya.
Meskipun ada
Neta dan Aisyah yang menjadi karibnya, namun kehidupan Cinta hingga SMA masih terasa kosong tanpa kehadiran sosok sang
ibu. Hingga kemudian munculah seorang pemuda yang ikut mewarnai kehidupan
Cinta, bernama Makky. Makky adalah sosok yang ramah dan sopan. Dari Makky pula
Cinta mengenal dunia lain yang lebih mengasyikkan yaitu dunia fotografi. Ketika
kehidupan remajanya mulai lengkap dengan genap 17 tahun, Cinta mennemukan kenyataan
dari rahasia yang mengejutkan. Dan untuk mengetahui kenyataan rahasia tersebut,
Cinta pun rela berpisah dari Makyy dan para sahabatnya untuk larut dalam sebuah
perjalanan.
Karya Mbak
Asma Nadia yang ini memang penuh dengan kesan kerinduan pada seorang Ibu. Sosok
Cinta yang tidak pernah melihat ibunya, bahkan tidak tahu wajah ibunya terasa
miris juga. Apalagi pada halaman awal Mbak Asma sudah menyisipkan komentar-komentar
tentang arti ibu. Bagi mereka yang sudah kehilangan sosok ibu pasti akan membaca
novel ini penuh haru apalagi didalamya juga terselip pesan tentang bakti
seorang anak kepada ibunya, meskipun sudah terpisah raga.
Di antara
karakter dalam novel ini, karakter Iwan rasanya sangat menghibur. Gaya sok
ustadnya dan kemunculannya dimanapun dengan tiba-tiba itu kocak banget. Terus
aku juga suka sama karakter Adjie, tipe orang asing yang mau baget aku temui
jika dalam perjalanan. Ramah dan suka menolong, hehehe.
Seperti
biasa gaya bahasa Mbak Asma masih tetap lincah dan mengalir yang membuat aku
gak terasa menghabiskan novel ini hanya dalam waktu satu malam. Soalnya sayang
kalau berhenti ditengah halaman, udah terlanjur asyik bacanya.
Novel ini
memang novel lama tapi sepertinya mengalami proses cetak ulang. Dan kalau gak
salah novel ini juga mau diangkat jadi layar lebar (kalau gak salah info loh ya
:p). Kalau beneran mau dibuat film aku jadi penasaran siapa ya yang kira-kira
cocok untuk peran Cinta dan Makky ?
Oiya, untuk
novel yang bisa membuat aku melek semaleman ini aku kasih rate 5 bintang !!! :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar