Judul : Melintasi Batas
Penulis : Sinta Yudisia
Illustrator : Dodi Resadi
Penyunting naskah : Salman Iskandar dan Agus Wibowo
Penyunting ilustrasi : Iwan Yuswandi dan Andi Yudha A.
Desain sampul dan isi : Andi Yudha Asfandiyar
Layout sampul dan setting isi : Tim Kreatif Pracetak MMU
Cetakan : Pertama, Agustus 2005
Penerbit : DAR! Mizan
Jumlah halaman : 296 hlm
ISBN : 979 – 752 – 253 – 9
“Masuk 4.000 kaki!” Tiba-tiba Sabrina tersadar, “Cepat buka parasutmu!”
Julie mengangguk dengan gugup. Matanya mencari
kelompok anak tingkat satu yang masih tertinggal jauh di atas. Kapten Danu tak
dapat dihubungi karena yan seorang pun di antara mereka membawa ponsel. Kesulitan
ini harus diatasi sendiri.
“Cepat. Kulie!”
Julie meraih pinggang Linda, beruasaha
melepaskan kunci pengamannya. “Ya, Tuhan …,” bisiknya tak percaya.
“Kenapa?! Kenapa?! Ayo, cepat!”
“Kunci pengamannya rusak!”
Sabrina terbelalak tak percaya
Intan hanyalah
seorang anak pembantu yang diutus untuk menemani anak majikannya, Karina, yang
akan bersekolah di sebuah sekolah elite bernama Akademi Nusa. Sekolah ini
merupakan sekolah alternatif bagi anak-anak para pejabat negeri dan perwakilan
dari negara asing. Tentu bukan sekolah biasa karena sekolah yang terletak di
Pulau Nusa Penida ini benar-benar sekolah dengan fasilitas super mewah. Dilengkapi
dengan kebun botani, spa, gym, arena berkuda, landasan penerbangan mini dan
sebagainya. Tidak heran karena yang bersekolah di Akademi Nusa memang bukan
anak-anak sembarangan.
Ada anak
bangsawan Belanda, anak Duta Besar, anak konglomerat minyak Timur Tengah hingga
anak bos mafia Italia. Tidak ketinggalan pula anak pengusaha pribumi yang
sukses seperti halnya Karina. Mereka semua dikumpulkan bukan hanya untuk
belajar namun mereka juga di didik agar kelak bisa langsung terjun ke lapangan,
bekerja dan mengelola bisnis atau negara, mengingat mereka bukanlah keturunan
orang biasa.
Intan sendiri
harus bekerja ekstra keras untuk menemani atau lebih tepatnya melayani Karina
di sekolah itu. Belum lagi menghadapi perlakuan kasar atau tatapan curiga karena
penampilannya yang sederhana dan berjilbab. Seandainya bukan karena kebaikan
majikannya, ibu Karina, dan mengingat keadaan keluarganya yang sangat
sederhana, ia ingin sekali meninggalkan sekolah mewah namun penuh kesombongan
itu. Namun banyak hal menghalanginya, mulai dari kecelakaan berturut-turut yang
menimpa seorang siswa hingga Intan yang diduga mengkonsumsi obat terlarang. Dan
kini Intan terjebak di dalam Akademi Nusa.
Awalnya waktu
membaca novel ini kukira fokus cerita akan ada di Intan, namun ternyata tidak. Karena
memang menggunakan sudut pandang orang ketiga jadi ada beberapa karakter yang
menjadi fokus juga di dalam novel. Padahal aku kira bakal banyak konflik yang
ditampilkan antara Intan dan Karina tapi ternyata minim. Karina juga tidak
terlalu banyak dimunculkan, jadi berasa kurang tergali aja kisah si Karina-nya.
Ceritanya
sendiri enak untuk diikuti, tapi jujur rasanya agak tanggung membaca novel ini.
konflik nanggung, karakter nanggung, dan akhir cerita menggantung. Belum sampai
di klimaks deh itu ceritanya tapi langsung selesai. Atau memang ada sekuelnya ?
Nggak ada informasi jelas di novel tersebut kalau novel ini serial atau bukan
atau akan ada sekuelnya atau tidak. Karena buat aku bagian akhirnya itu masih
belum selesai konfliknya, nggak tau ya kalau buat pembaca yang lain.
Tapi aku
suka sama ide Mbak Sinta Yudisia akan sekolah elite yang memang ditujukan untuk
membentuk anak-anak yang berkualitas. Dan juga metode pembelajaran di sekolah
tersebut yang walaupun hampir sebagian besar siswanya orang luar namun tetap mempelajari
sosial budaya dan keragaman hayati dari Indonesia. Coba aja ya kalau ada
beberapa sekolah elite seperti itu di Indonesia yang dikhususkan bagi siswa-siswa
cerdas dari semua kalangan yang bertujuan membentuk pemimpin-pemimpin terbaik
negri ini. Pasti bakalan banyak pemimpin-pemimpin berkualitas di Indonesia.
Untuk novel
ini aku kasih rate 3 bintang J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar