Sabtu, 24 Oktober 2015

[Review] Melintasi Batas



Judul : Melintasi Batas
Penulis : Sinta Yudisia
Illustrator : Dodi Resadi
Penyunting naskah : Salman Iskandar dan Agus Wibowo
Penyunting ilustrasi : Iwan Yuswandi dan Andi Yudha A.
Desain sampul dan isi : Andi Yudha Asfandiyar
Layout sampul dan setting isi : Tim Kreatif Pracetak MMU
Cetakan : Pertama, Agustus 2005
Penerbit : DAR! Mizan
Jumlah halaman : 296 hlm
ISBN : 979 – 752 – 253 – 9  

“Masuk 4.000 kaki!” Tiba-tiba Sabrina tersadar, “Cepat buka parasutmu!”
Julie mengangguk dengan gugup. Matanya mencari kelompok anak tingkat satu yang masih tertinggal jauh di atas. Kapten Danu tak dapat dihubungi karena yan seorang pun di antara mereka membawa ponsel. Kesulitan ini harus diatasi sendiri.
“Cepat. Kulie!”
Julie meraih pinggang Linda, beruasaha melepaskan kunci pengamannya. “Ya, Tuhan …,” bisiknya tak percaya.
“Kenapa?! Kenapa?! Ayo, cepat!”
“Kunci pengamannya rusak!”
Sabrina terbelalak tak percaya

Intan hanyalah seorang anak pembantu yang diutus untuk menemani anak majikannya, Karina, yang akan bersekolah di sebuah sekolah elite bernama Akademi Nusa. Sekolah ini merupakan sekolah alternatif bagi anak-anak para pejabat negeri dan perwakilan dari negara asing. Tentu bukan sekolah biasa karena sekolah yang terletak di Pulau Nusa Penida ini benar-benar sekolah dengan fasilitas super mewah. Dilengkapi dengan kebun botani, spa, gym, arena berkuda, landasan penerbangan mini dan sebagainya. Tidak heran karena yang bersekolah di Akademi Nusa memang bukan anak-anak sembarangan.


Ada anak bangsawan Belanda, anak Duta Besar, anak konglomerat minyak Timur Tengah hingga anak bos mafia Italia. Tidak ketinggalan pula anak pengusaha pribumi yang sukses seperti halnya Karina. Mereka semua dikumpulkan bukan hanya untuk belajar namun mereka juga di didik agar kelak bisa langsung terjun ke lapangan, bekerja dan mengelola bisnis atau negara, mengingat mereka bukanlah keturunan orang biasa.

Intan sendiri harus bekerja ekstra keras untuk menemani atau lebih tepatnya melayani Karina di sekolah itu. Belum lagi menghadapi perlakuan kasar atau tatapan curiga karena penampilannya yang sederhana dan berjilbab. Seandainya bukan karena kebaikan majikannya, ibu Karina, dan mengingat keadaan keluarganya yang sangat sederhana, ia ingin sekali meninggalkan sekolah mewah namun penuh kesombongan itu. Namun banyak hal menghalanginya, mulai dari kecelakaan berturut-turut yang menimpa seorang siswa hingga Intan yang diduga mengkonsumsi obat terlarang. Dan kini Intan terjebak di dalam Akademi Nusa.

Awalnya waktu membaca novel ini kukira fokus cerita akan ada di Intan, namun ternyata tidak. Karena memang menggunakan sudut pandang orang ketiga jadi ada beberapa karakter yang menjadi fokus juga di dalam novel. Padahal aku kira bakal banyak konflik yang ditampilkan antara Intan dan Karina tapi ternyata minim. Karina juga tidak terlalu banyak dimunculkan, jadi berasa kurang tergali aja kisah si Karina-nya.

Ceritanya sendiri enak untuk diikuti, tapi jujur rasanya agak tanggung membaca novel ini. konflik nanggung, karakter nanggung, dan akhir cerita menggantung. Belum sampai di klimaks deh itu ceritanya tapi langsung selesai. Atau memang ada sekuelnya ? Nggak ada informasi jelas di novel tersebut kalau novel ini serial atau bukan atau akan ada sekuelnya atau tidak. Karena buat aku bagian akhirnya itu masih belum selesai konfliknya, nggak tau ya kalau buat pembaca yang lain.

Tapi aku suka sama ide Mbak Sinta Yudisia akan sekolah elite yang memang ditujukan untuk membentuk anak-anak yang berkualitas. Dan juga metode pembelajaran di sekolah tersebut yang walaupun hampir sebagian besar siswanya orang luar namun tetap mempelajari sosial budaya dan keragaman hayati dari Indonesia. Coba aja ya kalau ada beberapa sekolah elite seperti itu di Indonesia yang dikhususkan bagi siswa-siswa cerdas dari semua kalangan yang bertujuan membentuk pemimpin-pemimpin terbaik negri ini. Pasti bakalan banyak pemimpin-pemimpin berkualitas di Indonesia.

Untuk novel ini aku kasih rate 3 bintang J


Tidak ada komentar:

Posting Komentar