Minggu, 14 Mei 2017

[Review] Sharp Object - Segala Yang Tajam


Judul : Sharp Object (Segala Yang Tajam)
Penulis : Gillian Flynn
Alih bahasa : Ariyantri Eddy Tarman
Editor : Reita Ariyanti
Desain sampul : Marcel A.W
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman : 336 hlm
ISBN : 978-602-03-3070-9

Saat adikku akhirnya meninggal, di satu sisi aku bersyukur. Bagiku sepertinya adikku dikeluarkan ke dunia ini belum terbentuk dengan baik. dia tidak siap menghadapi bobot dunia. Orang-orang berusaha menghibur, berbisik Marian dipangggil kembali ke surga, tetapi ibuku tidak mau diganggu dari perkabungannya. Hingga saat ini, itu masih menjadi hobi ibuku  –Camille Preaker

Terjadi kasus pembunuhan di Wind Gap, sebuah kota kecil yang letaknya di Missouri paling bawah, dalam gambaran peta. Seorang gadis kecil tewas dicekik setahun yang lalu. Dan sekarang, ada gadis kecil lainnya yang menghilang begitu saja. Camille yang merupakan penduduk asli Wind Gap diutus oleh kepala editornya untuk meliput dan mendapatkan berita besar. Pembunuhan dan penculikan gadis kecil adalah sebuah berita yang berpotensi menaikkan oplah Daily Post.


Bagi Camille ini merupakan tugas reportase yang sulit. Bukan karena kasusnya yang cukup mengerikan, tapi karena mau tidak mau ia harus kembali ke Wind Gap, kota kelahiran dimana ia menghabiskan masa kecil yang terbilang tidak menyenangkan.

Ia masih memiliki seorang ibu kandung, ayah dan saudara tiri yang tidak terlalu dekat dengannya di Wind Gap. Namun selain itu, Wind Gap memberikan kenangan menyakitkan tentang adik kecilnya, Marian yang meninggal karena sakit keras.

Mengorek kasus di kota kecil tersebut tidaklah semudah yang Camille bayangkan, meskipun ia berasal dari sana. Ia harus menghadapi kepala polisi tua yang ingin melindungi kota tersebut dari publikasi negatif, serta detektif muda sok yang dikirim khusus dari Kansas City untuk menangani kasus tersebut. Belum lagi ia harus menghadapi hubungan rumitnya dengan sang ibu serta adik tirinya, Amma, yang memiliki sikap bak putri dan arogan.

Dalam penyelidikannya Camille menemukan bahwa para korban penculikan dan pembunuhan tersebut memiliki kesamaan dengannya saat masih kecil. Memiliki masalah dengan hal-hal yang cenderung melukai, baik kepada orang lain maupun dirinya sendiri. Terlebih, perlahan Camille merasakan bahwa kasus ini seolah mendorongnya untuk kembali menggali masa kecilnya yang kelam.

Camille pun banyak menemukan fakta bahwa kedua gadis yang menjadi korban memiliki hubungan dekat dengan ibunya. Dan karenanya ia mulai mencari petunjuk tentang masa lalu ibunya untuk memastikan apakah sang ibu terlibat atau tidak dalam kasus ini. Hingga kemudian ia menemukan banyak keanehan yang terjadi di masa lalu, yang samar ia sadari, tentang perlakuan ganjil ibunya serta kematian adiknya, Marian ….

Gillian Flynn merupakan penulis yang dikenal melalui buku best seller-nya Gone Girl, tapi untuk sekarang aku mencoba baca dulu karyanya yang Sharp Object ini. Banyak review yang menuliskan Gone Girl itu bagus, nah, bagaimana dengan Sharp Object ini ?

Kalau menurut pendapatku, buku ini punya twist yang lumayan serta plot yang gampang diikutin. Meski kalau untuk kesan thrillernya masih agak kurang terasa. Pembaca akan diajak pelan-pelan untuk menyusuri masa lalu Camille di kota Wind Gap dan diungkap satu persatu kejadian apa yang sudah dialami si tokoh utama.

Digambarkan juga karakter Camille ini seperti menderita sebuah depresi, tapi hal itu nggak akan langsung dituliskan. Di awal-awal cuma disebutkan bahwa Camille ini selalu menulis hal-hal di kulitnya serta adegan-adegan yang mengisyaratkan bahwa kulitnya selalu memiliki reaksi untuk kejadian tertentu. Nah, nanti baru di pertengahan buku pembaca akan menyadari jenis depresi apa yang dialami si Camille ini.

Buatku gaya menulis Gillian Flynn cukup menarik dan mudah dimengerti. Tapi rasanya buku ini lebih banyak unsur drama ketimbang suspensenya, makanya buatku ceritanya masih kurang greget. Selain itu diantara semua karakter yang ada, kok aku malah lebih terkesan dengan Curry si kepala editornya ya. Meski diawal seperti memaksa tokoh utama untuk melakukan reportase yang sebenarnya enggan dilakukan Camille, tapi ternyata ia cukup care dengan kondisi mental Camille.

Oh iya, selama membaca novel ini aku selalu membayangkan bahwa sosok Camille itu seperti cewek main cast di film Now You See Me (lupa nama aktrisnya :p) tinggi, rambut pirang dan agak cuek (hehehe, nggak penting banget yah ??)

Seperti yang sudah kusebutkan kalau novel ini punya ending yang twist, tapi entah kenapa eksekusinya kurang seru. Serasa antiklimaks dan nggak meninggalkan kesan yang kuat. Termasuk buku yang agak membosankan buatku, mungkin jenis thriller ini kurang cocok ya sama seleraku, cuma di beberapa bagian tertentu saja yang bisa membuat bersemangat untuk membacanya. Bahkan aku perlu waktu lama buat menyelesaikan buku ini. Jadi untuk karya Gillian Flynn yang baru pertama kali aku baca ini nilai 3.5 bintang rasanya sudah cukup J


Orang-orang selalu menyebut depresi sebagai blues -arti lainnya adalah warna biru- tetapi aku akan senang terjaga dan melihat pemandangan warna biru pastel. Depresi bagiku seperti kuning air seni. Terhanyut menjadi berkilo-kilometer air seni encer – Camille Preaker

Tidak ada komentar:

Posting Komentar