Kamis, 14 April 2016

[Review] Kontrasepsi

elfe-melody.blogspot.com

Judul : Kontrasepsi
Penulis : Eni Martini
Editor : Christian Simamora & Gita Romadhona
Proofreader : Resita Wahyu Febiratri, Annisa Kurnia
Penata letak : Mira
Desainer cover : Vita Wiguna
Penerbit : Gagas Media
Cetakan : Pertama, 2009
Jumlah halaman : 250 hlm
ISBN : 979 – 780 – 380 – 5


Ia benar-benar serius dengan apa yang dipikirkannya selama ini : kontrasepsi yang baik untuk jangka panjang karena ia memutuskan hanya memiliki dua anak saja. Bukan sekedar mengikuti program atau anjuran pemerintah, tapi dilihat dari segala sudut, terutama sudut ekonomi dan bagaimana letihnya ia mengasuh anak-anak, tulisan yang selalu terbengkalai, itu memang pilihan yang tepat.”

Moza adalah seorang ibu rumah tangga sekaligus juga seorang penulis yang cukup sukses. Mmiliki seorang putri dan sekarang pun sedang mengandung anak keduanya. Bagi Keira dan Neyne, sahabatnya, Moza adalah sosok wanita super power yang menjadi panutan. Seorang istri, penulis sekaligus ibu rumah tangga yang mampu menjalankan semua perannya dengan baik.

Bagi Keira sendiri menikah adalah momok yang menakutkan, apalagi ketika harus memiliki anak. Tapi ia pun tidak bisa menolak lamaran Ve, kekasihnya, yang begitu serius untuk membangun rumah tangga bersamanya. Sedangkan Neyne sendiri justru memiliki kecemburuan ketika mendengar Keira akan menikah dan melihat Moza hidup bahagia dengan keluarganya. Karena Nathan sang kekasih tak kunjung menunjukkan keseriusan dalam hubungan mereka.

Namun, benarkah Moza seorang sosok yang sempurna ?

Karena nyatanya ia masih sering mengeluhkan beratnya berperan sebagai ibu sekaligus penulis. Meskipun keluhan itu hanya di dalam hati. Bahkan waktu untuk berkumpul dengan sahabat-sahabatnya pun menjadi terbatas. Karena itu sejak melahirkan anak keduanya, ia memutuskan untuk memakai kontrasepsi. Hal yang sempat menjadi perdebatan alot dengan Didit, suaminya.

“Kamu tahu betapa sumpeknya aku mengurus rumah, anak-anak, hampir 24 jam, tak ubahnya seperti pembantu dan baby sitter. Aku capek, aku butuh teman buat sekedar ngobrol, bicara, atau apalah …”

Sementara itu Keira dipaksa untuk menghadapi mimpi buruknya selama ini. Ia hamil. Meskipun telah menikah dan hamil dari suami yang sah, Keira masih merasa belum sanggup menerima kehamilannya. Hingga sempat terlintas untuk melakukan aborsi. Dan Neyne sendiri pun harus terluka karena Nathan ternyata tak setia. Dan ia pun memilih kabur ke Perancis untuk kembali bersekolah dan … menemukan pria baru.

Lalu, bagaimana Moza mengatasi permasalahannya dengan alat kontrasepsi ? Bisakah Keira menerima kehadiran janin di rahimnya ? Dan apakah Neyne berhasil menemukan Mr. Right impiannya di Perancis ?

“Buat gue seorang anak itu anugerah, setiap kelahiran adalah keajaiban, banyak perempuan hidup dalam kepahitan hanya karena dirahimnya tidak bisa terlahir seorang bayi. Nah, jika menikah kelak buat apa lagi gue mikirin kontrasepsi ?”

Kontrasepsi menyajikan kisah yang segar mengenai pandangan para wanita tentang kontrasepsi. Ada yang memerlukannya sebagai pembatas kelahiran, ada yang sebagai pencegahan kehamilan dan ada pula yang menganggapnya sebagai alat tak penting. Tiga karakter wanita di novel ini menggambarkan keberadaan kontrasepsi dalam kehidupan mereka.

Sudut penceritaannya novel ini diambil dari orang ketiga dan sebenarnya ceritanya lebih banyak berfokus untuk Moza, sedangkan untuk Keira dan Neyne sendiri lebih diceritakan dengan singkat. Alur ceritanya juga cepat tapi masih bisa diikuti, namun yang kurang terasa itu greget konfliknya. Konflik yang diangkat nggak terlalu menampilkan klimaks sehingga setelah membaca buku ini bisa dibilang nggak meninggalkan kesan apa-apa. Mungkin hanya karena temanya saja yang berkaitan dengan alat kontrasepsi sehingga membuatnya cukup diingat. Kalau menurutku baik karakter dan konfliknya kurang tergali lebih dalam.

Penggambaran karakternya jelas tapi gak ada karakter yang jadi favorit buatku. Mungkin aku suka Neyne tapi di bagian ketika dia di Perancis. Meski memiliki pikiran bebas, Neyne tetap punya tanggung jawab sama apa yang telah ia perbuat, meski pada akhirnya dia harus kalah juga sama keadaan.

Yang paling menarik dari novel ini adalah cover dan judulnya yang to the point. Covernya cantik dan berkesan eksklusif. Sedangkan pemilihan judulnya pas banget dan langsung menggambarkan tema novel tersebut. Padahal judulnya cuma 1 kata tapi menurut penulisnya untuk pemilihan judul ini pun harus di revisi berkali-kali :D

Secara keseluruhan novel ini asyik untuk bacaan yang ringan, karena ya itu tadi konfliknya juga nggak terlalu berat. Bagus untuk para wanita baik yang sudah menikah atau yang belum. Setidaknya tentang kontrasepsi dan perencaanan untuk memiliki anak akan masuk dalam daftar rancangan hidup setelah membaca novel ini ;)

Buatku sendiri novel ini layak untuk mendapat rating 3 bintang J


“Andai bahagia bisa dirancang dengan sempurna …”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar