Judul : Kontrasepsi
Penulis : Eni Martini
Editor : Christian Simamora & Gita Romadhona
Proofreader : Resita Wahyu Febiratri, Annisa Kurnia
Penata letak : Mira
Desainer cover : Vita Wiguna
Penerbit : Gagas Media
Cetakan : Pertama, 2009
Jumlah halaman : 250 hlm
ISBN : 979 – 780 – 380 – 5
“Ia benar-benar serius dengan apa yang
dipikirkannya selama ini : kontrasepsi yang baik untuk jangka panjang karena ia
memutuskan hanya memiliki dua anak saja. Bukan sekedar mengikuti program atau
anjuran pemerintah, tapi dilihat dari segala sudut, terutama sudut ekonomi dan
bagaimana letihnya ia mengasuh anak-anak, tulisan yang selalu terbengkalai, itu
memang pilihan yang tepat.”
Moza adalah
seorang ibu rumah tangga sekaligus juga seorang penulis yang cukup sukses. Mmiliki
seorang putri dan sekarang pun sedang mengandung anak keduanya. Bagi Keira dan
Neyne, sahabatnya, Moza adalah sosok wanita super power yang menjadi panutan.
Seorang istri, penulis sekaligus ibu rumah tangga yang mampu menjalankan semua
perannya dengan baik.
Bagi Keira
sendiri menikah adalah momok yang menakutkan, apalagi ketika harus memiliki
anak. Tapi ia pun tidak bisa menolak lamaran Ve, kekasihnya, yang begitu serius
untuk membangun rumah tangga bersamanya. Sedangkan Neyne sendiri justru memiliki
kecemburuan ketika mendengar Keira akan menikah dan melihat Moza hidup bahagia
dengan keluarganya. Karena Nathan sang kekasih tak kunjung menunjukkan
keseriusan dalam hubungan mereka.
Karena
nyatanya ia masih sering mengeluhkan beratnya berperan sebagai ibu sekaligus
penulis. Meskipun keluhan itu hanya di dalam hati. Bahkan waktu untuk berkumpul
dengan sahabat-sahabatnya pun menjadi terbatas. Karena itu sejak melahirkan
anak keduanya, ia memutuskan untuk memakai kontrasepsi. Hal yang sempat menjadi
perdebatan alot dengan Didit, suaminya.
“Kamu tahu betapa sumpeknya aku mengurus rumah,
anak-anak, hampir 24 jam, tak ubahnya seperti pembantu dan baby sitter. Aku
capek, aku butuh teman buat sekedar ngobrol, bicara, atau apalah …”
Sementara
itu Keira dipaksa untuk menghadapi mimpi buruknya selama ini. Ia hamil. Meskipun
telah menikah dan hamil dari suami yang sah, Keira masih merasa belum sanggup
menerima kehamilannya. Hingga sempat terlintas untuk melakukan aborsi. Dan
Neyne sendiri pun harus terluka karena Nathan ternyata tak setia. Dan ia pun
memilih kabur ke Perancis untuk kembali bersekolah dan … menemukan pria baru.
Lalu,
bagaimana Moza mengatasi permasalahannya dengan alat kontrasepsi ? Bisakah
Keira menerima kehadiran janin di rahimnya ? Dan apakah Neyne berhasil menemukan
Mr. Right impiannya di Perancis ?
“Buat gue seorang anak itu anugerah, setiap
kelahiran adalah keajaiban, banyak perempuan hidup dalam kepahitan hanya karena
dirahimnya tidak bisa terlahir seorang bayi. Nah, jika menikah kelak buat apa
lagi gue mikirin kontrasepsi ?”
Kontrasepsi
menyajikan kisah yang segar mengenai pandangan para wanita tentang kontrasepsi.
Ada yang memerlukannya sebagai pembatas kelahiran, ada yang sebagai pencegahan
kehamilan dan ada pula yang menganggapnya sebagai alat tak penting. Tiga
karakter wanita di novel ini menggambarkan keberadaan kontrasepsi dalam
kehidupan mereka.
Sudut
penceritaannya novel ini diambil dari orang ketiga dan sebenarnya ceritanya
lebih banyak berfokus untuk Moza, sedangkan untuk Keira dan Neyne sendiri lebih
diceritakan dengan singkat. Alur ceritanya juga cepat tapi masih bisa diikuti,
namun yang kurang terasa itu greget konfliknya. Konflik yang diangkat nggak
terlalu menampilkan klimaks sehingga setelah membaca buku ini bisa dibilang
nggak meninggalkan kesan apa-apa. Mungkin hanya karena temanya saja yang
berkaitan dengan alat kontrasepsi sehingga membuatnya cukup diingat. Kalau
menurutku baik karakter dan konfliknya kurang tergali lebih dalam.
Penggambaran
karakternya jelas tapi gak ada karakter yang jadi favorit buatku. Mungkin aku
suka Neyne tapi di bagian ketika dia di Perancis. Meski memiliki pikiran bebas,
Neyne tetap punya tanggung jawab sama apa yang telah ia perbuat, meski pada akhirnya
dia harus kalah juga sama keadaan.
Yang paling
menarik dari novel ini adalah cover dan judulnya yang to the point. Covernya
cantik dan berkesan eksklusif. Sedangkan pemilihan judulnya pas banget dan
langsung menggambarkan tema novel tersebut. Padahal judulnya cuma 1 kata tapi menurut
penulisnya untuk pemilihan judul ini pun harus di revisi berkali-kali :D
Secara
keseluruhan novel ini asyik untuk bacaan yang ringan, karena ya itu tadi
konfliknya juga nggak terlalu berat. Bagus untuk para wanita baik yang sudah
menikah atau yang belum. Setidaknya tentang kontrasepsi dan perencaanan untuk
memiliki anak akan masuk dalam daftar rancangan hidup setelah membaca novel ini
;)
Buatku sendiri
novel ini layak untuk mendapat rating 3 bintang J
“Andai bahagia bisa dirancang dengan sempurna
…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar