Kamis, 24 Maret 2016

[Review] Last Forever


Judul : Last Forever
Penulis : Windry Ramadhina
Editor : Jia Effendie
Penyelaras Aksara : Mursyidatul Umamah
Penata letak : Erina Puspitasari
Penyelaras tata letak : Putra julianto dan Gita Ramayudha
Ilustrator isi : Windry Ramadhina
Desain sampul : Ayu Widjaja
Penerbit : Gagas Media
Cetakan : Pertama, 2015
Jumlah halaman : 378 hlm
ISBN : 979 – 780 – 843 – 2

“Menurutmu, berapa persen perempuan yang harus melepaskan pekerjaannya karena pernikahan ? Kalian para lelaki, tidak cuma memberi cincin. Pada saat bersamaan, kalian memberi peran ganda kepada perempuan , kepada kami.” - Lana


Lana Lituhayu Hart adalah seorang wanita muda yang cantik, cerdas dan ambisius. Pekerjaanya sebagai seorang sutradara film dokumenter di National Geographic Channel, Washington, membuatnya bebas berkeliaran ke mana saja. Lana memang yang wanita bebas baik raga maupun jiwanya. Ia punya segudang mimpi untuk datang ke berbagai tempat di pelosok dunia dan memfilmkannya.

Memiliki sebagian darah Indonesia dan Amerika, serta hidup di Amerika, membuat cara berpikirnya pun bebas. Baginya, pernikahan adalah omong kosong. Namun ia juga tidak memungkiri bahwa ia juga butuh kehadiran pria. Hingga ia bertemu dengan Samuel Hardy yang juga bekerja di dunia perfilman di Jakarta.


Samuel adalah laki-laki yang mempesona. Tidak hanya fisik namun juga kecerdasannya sebagai sutradara. Dan yang terpenting, cara berpikir Samuel serupa dengan Lana, sama-sama tidak menyukai keterikatan.

“Komitmen adalah penyakit. Itu sesuatu yang menggerogoti hubungan lekai dan permepuan samai habis, sampai keduanya tidak thu lagi apa yang dulu mebuat mereka bergairah. Mereka jadi terikat.” -Samuel

Hubungan mereka pun terjalin tanpa status yang jelas. Baik Lana dan Samuel bisa saling datang dan pergi kapanpun mereka mau. Tidak ada yang berhak saling curiga, iri apalagi cemburu. Bagi Lana, Samuel adalah pria yang bisa menghargai dirinya sebagai wanita sekaligus sebagai pekerja sineas. Sedangkan bagi Samuel, Lana adalah wanita cerdas yang tidak pernah membosankan.

Hubungan mereka berjalan dengan lancar, apalagi Lana datang ke Jakarta untuk membuat film dokumenter tentang sebuah kampung di Flores dan akan bekerja sama dengan Samuel. Namun sebuah situasi membuat arah hubungan Lana dan Samuel berubah. Keterikatan yang tak pernah mereka inginkan tiba-tiba datang menghantui. Padahal Lana dan Samuel sama-sama masih memiliki ambisi yang kuat dan kebersamaan justru akan menghalangi ambisi masing-masing.

Meski begitu keduanya tidak pernah menyadari, bahwa hubungan yang mereka jalani tanpa komitmen selama ini telah membangun keterikatan sendiri di antara mereka. Kini, baik Samuel dan Lana harus bertaruh untuk memilih, cinta yang mengikat atau kebebasan mengejar mimpi …

Awalnya aku nggak mempunyiai ekspetasi atau gambaran apapun dari novel ini. Apalagi aku juga belum pernah baca karya dari Windry Ramadhina. Namun seiring membaca Last Forever ini aku seperti diajak terhanyut di dalam kisah cinta Lana dan Samuel. Sebenarnya tema ceritanya bukan hal baru yang membuat wow, dan konflik yang mucul juga mudah ditebak. Tapi yang membuat kagum adalah cara bercerita penulisnya. Pemilihan kata dan penempatan setiap adegan itu pas, nggak ada yang terasa aneh, ganjal dan mengalir apa adanya.

Aku merasa seperti nonton film romantis yang sebenarnya bukan genre favoritku. Tapi ketika film dimulai, tanpa sadar aku mengikutinya mulai dari pengenalan tokoh, konfilk yang mulai terbangun, puncak konfilk hingga penyelesaian. Walau nggak  ada hal yang luar biasa di film romantis tersebut, tapi aku seperti terhipnoits untuk mengikutinya sampai akhir.

Begitulah Last forever ini, menghipnotis, meski nggak ada yang spesial. Jadi sebenarnya nggak perlu aku bahas lagi tentang alur, cara bercerita dan segala hal teknis lainnya, karena menurutku penulis pintar meramu tema sederhana ini menjadi cerita yang umum namun ada sentuhan khas tersendiri yang membekas di ingatan. Aku nggak tau gimana mendeskripsikan sentuhan khas itu, karena itu menurut selera pribadiku.

Penggambaran karakter tokoh-tokohnya menarik buatku. Semua tokoh penting dan nggak hanya sekedar lewat. Buatku Lana itu keren meskipun cara berpikirnya tentang kehidupan tanpa komitmen agak berlebihan. Hubungan Lana dan Samuel juga sweet banget di bagian akhir-akhir cerita. Oiya aku juga suka hubungan atasan bawahan antara Lana dan Patrick juga Samuel dan Rayyi. Keduanya memiliki hubungan dekat dengan anak buah tapi dengan gaya yang berbeda. Baik Rayyi dan Pat sama-sama punya andil dalam mengubah pikiran para bos mereka tentang komitmen hubungan.

Overall, aku suka sama buku ini. Last Forever salah satu dari beberapa gelintir novel romantis yang bisa membuatku terkesan. Dan meski bukan penggemar genre romantis, aku ingin membaca karya Windry Ramadhina yang lainnya. Aku ingin merasakan lagi perasaan terhipnotis dengan cerita sederhananya, seperti di Last Forever ini.

Untuk novel ini aku kasih rating 3 bintang ;)

 “Kau akan kehilangan duniamu. Tapi, aku ingin kau percaya. Aku akan memberimu dunia baru. Mungkin tidak sempurna. Tidak seperti yang kau inginkan. Tapi, dunia itu milik kita. Berdua.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar