Penulis : Windry Ramadhina
Editor : Jia Effendie
Penyelaras Aksara : Mursyidatul Umamah
Penata letak : Erina Puspitasari
Penyelaras tata letak : Putra julianto dan Gita Ramayudha
Ilustrator isi : Windry Ramadhina
Desain sampul : Ayu Widjaja
Penerbit : Gagas Media
Cetakan : Pertama, 2015
Jumlah halaman : 378 hlm
ISBN : 979 – 780 – 843 – 2
“Menurutmu, berapa persen perempuan yang harus
melepaskan pekerjaannya karena pernikahan ? Kalian para lelaki, tidak cuma memberi
cincin. Pada saat bersamaan, kalian memberi peran ganda kepada perempuan ,
kepada kami.” - Lana
Lana
Lituhayu Hart adalah seorang wanita muda yang cantik, cerdas dan ambisius.
Pekerjaanya sebagai seorang sutradara film dokumenter di National Geographic
Channel, Washington, membuatnya bebas berkeliaran ke mana saja. Lana memang
yang wanita bebas baik raga maupun jiwanya. Ia punya segudang mimpi untuk datang
ke berbagai tempat di pelosok dunia dan memfilmkannya.
Memiliki
sebagian darah Indonesia dan Amerika, serta hidup di Amerika, membuat cara
berpikirnya pun bebas. Baginya, pernikahan adalah omong kosong. Namun ia juga
tidak memungkiri bahwa ia juga butuh kehadiran pria. Hingga ia bertemu dengan
Samuel Hardy yang juga bekerja di dunia perfilman di Jakarta.
Samuel
adalah laki-laki yang mempesona. Tidak hanya fisik namun juga kecerdasannya
sebagai sutradara. Dan yang terpenting, cara berpikir Samuel serupa dengan
Lana, sama-sama tidak menyukai keterikatan.
“Komitmen adalah penyakit. Itu sesuatu yang
menggerogoti hubungan lekai dan permepuan samai habis, sampai keduanya tidak
thu lagi apa yang dulu mebuat mereka bergairah. Mereka jadi terikat.” -Samuel
Hubungan
mereka pun terjalin tanpa status yang jelas. Baik Lana dan Samuel bisa saling datang
dan pergi kapanpun mereka mau. Tidak ada yang berhak saling curiga, iri apalagi
cemburu. Bagi Lana, Samuel adalah pria yang bisa menghargai dirinya sebagai
wanita sekaligus sebagai pekerja sineas. Sedangkan bagi Samuel, Lana adalah
wanita cerdas yang tidak pernah membosankan.
Hubungan
mereka berjalan dengan lancar, apalagi Lana datang ke Jakarta untuk membuat
film dokumenter tentang sebuah kampung di Flores dan akan bekerja sama dengan
Samuel. Namun sebuah situasi membuat arah hubungan Lana dan Samuel berubah. Keterikatan
yang tak pernah mereka inginkan tiba-tiba datang menghantui. Padahal Lana dan Samuel
sama-sama masih memiliki ambisi yang kuat dan kebersamaan justru akan
menghalangi ambisi masing-masing.
Meski
begitu keduanya tidak pernah menyadari, bahwa hubungan yang mereka jalani tanpa
komitmen selama ini telah membangun keterikatan sendiri di antara mereka. Kini,
baik Samuel dan Lana harus bertaruh untuk memilih, cinta yang mengikat atau kebebasan
mengejar mimpi …
Awalnya aku
nggak mempunyiai ekspetasi atau gambaran apapun dari novel ini. Apalagi aku
juga belum pernah baca karya dari Windry Ramadhina. Namun seiring membaca Last
Forever ini aku seperti diajak terhanyut di dalam kisah cinta Lana dan Samuel. Sebenarnya
tema ceritanya bukan hal baru yang membuat wow, dan konflik yang mucul juga
mudah ditebak. Tapi yang membuat kagum adalah cara bercerita penulisnya.
Pemilihan kata dan penempatan setiap adegan itu pas, nggak ada yang terasa aneh,
ganjal dan mengalir apa adanya.
Aku merasa
seperti nonton film romantis yang sebenarnya bukan genre favoritku. Tapi ketika
film dimulai, tanpa sadar aku mengikutinya mulai dari pengenalan tokoh, konfilk
yang mulai terbangun, puncak konfilk hingga penyelesaian. Walau nggak ada hal yang luar biasa di film romantis tersebut,
tapi aku seperti terhipnoits untuk mengikutinya sampai akhir.
Begitulah
Last forever ini, menghipnotis, meski nggak ada yang spesial. Jadi sebenarnya nggak
perlu aku bahas lagi tentang alur, cara bercerita dan segala hal teknis
lainnya, karena menurutku penulis pintar meramu tema sederhana ini menjadi cerita
yang umum namun ada sentuhan khas tersendiri yang membekas di ingatan. Aku nggak
tau gimana mendeskripsikan sentuhan khas itu, karena itu menurut selera
pribadiku.
Penggambaran
karakter tokoh-tokohnya menarik buatku. Semua tokoh penting dan nggak hanya
sekedar lewat. Buatku Lana itu keren meskipun cara berpikirnya tentang
kehidupan tanpa komitmen agak berlebihan. Hubungan Lana dan Samuel juga sweet
banget di bagian akhir-akhir cerita. Oiya aku juga suka hubungan atasan bawahan
antara Lana dan Patrick juga Samuel dan Rayyi. Keduanya memiliki hubungan dekat
dengan anak buah tapi dengan gaya yang berbeda. Baik Rayyi dan Pat sama-sama
punya andil dalam mengubah pikiran para bos mereka tentang komitmen hubungan.
Overall,
aku suka sama buku ini. Last Forever salah satu dari beberapa gelintir novel romantis
yang bisa membuatku terkesan. Dan meski bukan penggemar genre romantis, aku
ingin membaca karya Windry Ramadhina yang lainnya. Aku ingin merasakan lagi perasaan
terhipnotis dengan cerita sederhananya, seperti di Last Forever ini.
Untuk novel
ini aku kasih rating 3 bintang ;)
“Kau
akan kehilangan duniamu. Tapi, aku ingin kau percaya. Aku akan memberimu dunia
baru. Mungkin tidak sempurna. Tidak seperti yang kau inginkan. Tapi, dunia itu
milik kita. Berdua.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar