Sabtu, 08 Oktober 2016
[Review] Dilan (Bagian Kedua) - Dia Adalah Dilanku Tahun 1991
Judul : Dilan (Bagian Kedua) Dia Adalah Dilanku Tahun 1991
Penulis : Pidi Baiq
Ilustrasi sampul dan isi : Pidi Baiq
Penyunting naskah : Andika dan Moemoe
Penyunting ilustrasi : Pidi Baiq
Desain sampul :Kulniya Sally
Proofreader : Febti Sribagusdadi Rahayu
Layout sampul dan setting isi : Tim pracetak dan Deni Sopian
Penerbit : PT Mizan Pustaka
Cetakan : Ke-10, Bandung
Jumlah halaman : 344 hlm
ISBN : 978 – 602 – 7870 – 99 – 4
“Kalau aku jadi presiden yang harus mencintai seluruh rakyatnya, aduh, maaf, aku pasti tidak bisa karena aku cuma suka Milea” – Dilan
Kisah dibuka dengan Milea atau Lia yang berbunga-bunga hatinya setelah resmi jadian dengan Dilan. Hari itu menjadi salah satu hari yang membahagiakan bagi Lia karena setelah jadian, ia diantar pulang oleh Dilan ditemani rinai hujan yang turun. Scene romantis sekaligus sweet memory yang nggak akan pernah Lia lupakan seumur hidupnya.
Lia sangat menyukai Dilan, begitu pula sebaliknya. Meski Lia sedikit khawatir dengan aktivitas Dilan yang merupakan anak geng motor sekaligus langganan ruang BP di sekolah. Namun Lia suka Dilan. Karena cuma Dilan yang mampu membuat Lia merasa istimewa. Cuma Dilan yang selalu bisa membuat Lia tertawa dan melakukan percakapan konyol. Dan cuma Milea yang bisa mengacak-acak rambut Dilan, sang panglima tempur di sekolahan mereka.
Dilan tempat Lia berlari untuk menghindari kejaran dari Kang Adi, guru privat yang naksir padanya. Dan Dilan pula yang ada dipikiran Lia, ketika sepupu jauhnya mencoba mendekatinya dengan cara yang cukup memalukan. Bagi Lia, Dilan adalah bagian masa SMA-nya yang manis.
Namun, Dilan jugalah yang memberikan kenangan pahitnya putus cinta dan malam-malam yang penuh air mata karena kerinduan Lia padanya. Terlebih ketika Dilan harus masuk pnajara. Tentu saja Lia marah. Lia khawatir karena takut masa depan Dilan menjadi buruk akibat ulahnya dengan geng motor. Dilan bukanlah anak nakal yang nggak sopan. Buktinya ia tetap menyayangi kedua orang tunya dan hormat sama orang tua Lia. Hanya saja Dilan termasuk remaja yang suka mengekspresikan dirinya dengan konvoi motor dan sedikit perkelahian.
“Kamu pikir bandel itu gampang ? Susah. Harus tanggung jawab sama yang dia udah perbuat” – Dilan
Hingga kematian Akew, salah satu teman sekolah mereka, sekaligus anggota geng motor Dilan, membuat Lia semakin yakin untuk menarik Dilan dari geng motorrnya. Namun nyatanya Dilan tidak mau mendengar. Dan satu-satunya senjata terakhir yang bisa digunakan Lia dalah mengancamnya. Pilih geng motor atau Milea !
Novel Dilan (Bagian Kedua) – Dia adalah Dilanku tahun 1991, merupakan novel karya bang Pidi Baiq yang cukup bikin baper buat aku. Soalnya settingnya mengenang kisah cinta masa SMA. Yang seperti kita tahu semua kalau masa SMA itu masa paling spesial. Dimana kata suka atau cinta itu bisa sangat membekas sekali (halaah !!!)
Awalnya agak ragu membaca novel ini karena aku langsung baca di bagian kedua. Tapi karena banyak yang bilang bagus, ya udah tetep kubaca aja. Dan ternyata gak terlau mengganggu meskipun aku belum baca bagian kesatunya. Soalnya ada beberapa penjelasan kalau suatu adegan berhubungan dengan adegan di buku kesatunya. Jadinya pembaca seperti akua yang langsung lompat di bagian kedua ini nggak kehilangan ceritanya.
Dari karakter, aku suka semua karakter yang ada di novel ini, ehemm, terutama Dilan, hahaha. Dia tipikal bad boy impian semua cewek seumurannya !! Meskipun anak motor tapi nyatanya dia romantis. Dia juga ekspresif dan easy going, seolah semua masalah bisa lewat begitu aja. Ada sisi positifnya sih sifat kayak gitu, minimal gak mudah terbebani dan bisa selalu positif thinking. Cuma dia jadinya susah diajak serius, dan karena terlalu menggampangkan masalah sering gak peka kalau orang terdekatnya tuh khawatir sama dia. Itu yang bikin Milea juga sering sebel sama Dilan.
Aku juga suka sama karakter bunda Dilan, tipe calon mertua yang asyik dan bisa diajak kerja sama. Ibu Milea juga tipe ibu yang mendukung anak-anaknya dan paham sama perasaan anak remaja. Jadi gak kolot dan memandang negative ke anak motor macam Dilan.
Cara bercerita novel ini sendiri diambil dari sudut pandang pertama, yaitu Milea. Sehingga kisah yang diceritakan ya hanya dari apa yang dirasakan dan dialami Lia. Kalau gak salah sih sudah ada bagian ketiganya yang mengambil sudut cerita dari Dilan. Alur ceritanya juga asyik, singkat dan gak bertele-tele. Gak terlau banyak deskripsi tapi hal itu gak masalah, karena pembaca langsung terfokus sama adegan atau percakapan para karakternya.
Yang jelas, meski latar belakang cerita cinta masa SMA, tapi novel Dilan ini terasa berbeda. Nggak terlalu mengumbar kata-kata manis atau nuansa cinta yang unyu-unyu. Mungkin karena setting di tahun 1991 ya, jadi nuansa romantis anak SMA jaman itu agak berbeda dengan zaman sekarang :D
Oiya, kalau membaca karakter Dilan ini jadi ingat sama karakter Roy dari novel Balada Si Roy-nya Gola Gong. Sama-sama cowok yang bebas berekspresi, melakukan apa yang dia mau, tipe bad boy, tapi tetep hormat sama ortu. Meski nggak bisa dibilang penurut, namun justru sisi liar mereka yang bikin banyak cewek (pembaca cewek, tepatnya) langsung jatuh hati sama karakter ini :D
Overall, untuk kisah cinta SMA yang sukese bikin aku baper di bagian endingnya ini, aku kasih rating 4 bintang ;)
“Aku gak pandai cemburu
Malahan, kalau kamu ninggalin aku, aku gak bisa apa-apa
Bisaku cuma mencintaimu” – Dilan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar