Judul : Sudut Mati
Penulis : Tsugaeda
Penyunting : Pratiwi Utami, Ika
Yuliana Kurniasih, Adham T. Fusama
Perancang sampul : Bara Umar Birru
Pemeriksa aksara : Pritameani,
Intan, Septi Ws
Penata aksara : Aryazendi
Penerbit : PT Bentang Pustaka
Cetakan : Pertama, September 2015
Jumlah halaman : 344 hlm
ISBN : 978 – 602 – 291 – 037 – 4
Semua orang yang hadir
di pengadilan itu tak akan melupakan bagaimana Teno membacakan pleidoi yang
disusunnya. Dia tak membawa berkas pembelaan yang tebal seperti terdakwa pada
umumnya. Teno hanya membawa secarik kertas. Di hadapan hakim dia membaca tulisan
pendek itu keras-keras, “Maafkan aku, Ibu ! Tapi ayah harus dihabisi.”
Setelah 8 tahun meninggalkan Indonesia, Titan kembali pulang
setelah mendapat kabar tentang bisnis keluarganya yang sedang goncang. Walau
kakaknya, Titok, yang menjadi pewaris utama dan memegang perusahaan tersebut,
namun nyatanya Titok dianggap tidak mampu untuk mengendalikan masalah yang terjadi
di perusahaan.
Apalagi Ares Inco, yang merupakan pesaing Grup Prayogo milik
keluarga Titan mulai bangkit dan mengancam keberadaan Grup Prayogo. Bukan lagi
tentang persaingan bisnis, tapi sudah berkaitan dengan nyawa. Titan mengetahui
hal itu karena ketika di Amerika ia mendapat surat dengan pesan singkat yang
berbunyi :
“Ares bergerak. Keluarga Prayogo hilang sebelum 2014”
Usaha Titan untuk memperbaiki krisis perusahaan bukannya tanpa
halangan. Sang kakak, Titok, merasa tersaingi dengan kehadiran Titan, sedangkan
Tiara, adik bungsu mereka malah menikah dengan Kevin, putra tunggal dari Ares
Inco. Sedangkan ayah mereka, Sigit Prayogo, sedang disibukkan dengan manuver
politiknya.
Keadaan semakin bertambah sulit karena Ares Inco mulai
bergerak, bahkan mereka tidak sembunyi-sembunyi lagi dengan keinginan
menghabisi seluruh keluarga Prayogo. Mereka pun berniat melacak seorang
pembunuh bayaran paling ahli yang dijuluki si dokter, untuk membantu
melenyapkan keluarga Prayogo tanpa jejak.
Titan harus menjauhkan keluarganya dari bahaya, bahkan
hingga memulangkan kembali Kath, kekasih yang dia ajak ke Indonesia, agar tidak
terlibat bahaya lebih jauh dalam masalah keluarganya. Terlebih ia memiliki
rencana besar yang harus ia jalankan, termasuk menggunakan kartu trufnya yang
sangat penting. Meskipun kartu truf itu sebenarnya bisa menjadi bumerang bagi
ia dan keluarganya. Namun demi menjaga Grup Prayogo tetap ada di dunia ini,
Titan bersiap mengambil semua resikonya
…
“Kalau kau tak siap
kehilangan satu hal, kau akan kehilangan segalanya. Aku tak bisa dihentikan,
Tan. Aku tak bisa dihancurkan” – Teno
Yap, Tsugaeda kembali dengan novel thriller korporasinya
yang selalu sukses buat aku penasaran sampai akhir cerita. Dari awal buku ini
sudah mulai dimunculkan berbagai misteri yang membuat pembacanya bertanya-tanya,
apa yang terjadi dalam keluarga Prayogo ?
Semua karakter di novel juga diberi deskripsi yang jelas tentang
latar belakang mereka, sehingga tidak terlihat sebagai karakter yang asal lewat
saja. Untuk karakter dari Prayogo bersaudara ini, menurutku yang paling kuat penggambarannya
secara emosi itu si Titok. Meski ada penjelasan tentang masa kecil Titan, Teno
dan Tiara, tapi yang paling terasa perkembangannya di cerita ini adalah Titok.
Sedang untuk Teno aku merasa alasan dari semua perbuatannya
itu masih masih terlalu lemah digambarkan. Meski aku suka sama karakternya yang
rada sinting itu. Untuk karakter Tiara juga porsinyak kurang banyak walau sebenarnya
dia punya peranan penting. Sedangkan Titan, dia karakter netral yang berkesan
flat. Dibanding Titok dan Teno , ia bisa biasa-biasa aja, dan memang karena
Tsugaeda membuat karakter ini tanpa ada kelebihan atau keanehan khusus, sehingga
buatku sendiri kurang berkesan.
Justru yang membuat aku kaget adalah karakter si dokter,
wow, aku tertipu selama membaca novel ini dengan identitas si dokter. Dan untuk
jalinan konspirasi, pantas 2 jempol untuk Tsugaeda yang bisa mengatur semua
konspirasi tersebut sampai menjadi satu cerita thriller yang ketika diakhir cerita
pikiranku langsung teriak “astaga, ternyata begitu ya ?!”. Pokoknya twist oke
punya !!!
Alur cerita serta gaya bahasa khas Tsugaeda ini aku suka. Nggak
bertele-tele, cepat tapi tidak melewatkan adegan penting apapun. Setiap akhir
bab bisa membuat aku untuk penasaran dan melanjutkan bab berikutnya.
Oiya, di novel ini juga menyebut UBI serta nama Makarim,
karakter dari buku Rencana Besar. Dan aku mendukung banget kalau Tsugaeda
membuat cerita lagi yang masih berhubungan dengan kejatuhan UBI. Atau mungkin
ada side story lain yang melibatkan UBI
dan Makarim ? Jadinya kan unik kalau semua kasus dari novel Tsugaeda ini
berkaitan satu sama lain.
Yang jelas aku puas dengan Sudut Mati ini. Bahkan sebelum membaca
aku sudah punya ekspektasi tinggi sama buku ini dan Alhamdulillah tidak
mengecewakan :D. Dan saking spesialnya, ini buku sempat aku tahan membacanya, bulan
Januari aku beli tapi baru terbaca bulan Juni ini. Soalnya berasa sayang kalau
buku dengan cerita bagus malah terlalu cepat dieksekusi, hehehe … *sindrom apa
ini ??!
Buatku, Sudut Mati pantas dapat rate 4 bintang J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar