Minggu, 19 Juni 2016

[Review] Sudut Mati



Judul : Sudut Mati
Penulis : Tsugaeda
Penyunting : Pratiwi Utami, Ika Yuliana Kurniasih, Adham T. Fusama
Perancang sampul : Bara Umar Birru
Pemeriksa aksara : Pritameani, Intan, Septi Ws
Penata aksara : Aryazendi
Penerbit : PT Bentang Pustaka
Cetakan : Pertama, September 2015
Jumlah halaman : 344 hlm
ISBN : 978 – 602 – 291 – 037 – 4


Semua orang yang hadir di pengadilan itu tak akan melupakan bagaimana Teno membacakan pleidoi yang disusunnya. Dia tak membawa berkas pembelaan yang tebal seperti terdakwa pada umumnya. Teno hanya membawa secarik kertas. Di hadapan hakim dia membaca tulisan pendek itu keras-keras, “Maafkan aku, Ibu ! Tapi ayah harus dihabisi.”

Setelah 8 tahun meninggalkan Indonesia, Titan kembali pulang setelah mendapat kabar tentang bisnis keluarganya yang sedang goncang. Walau kakaknya, Titok, yang menjadi pewaris utama dan memegang perusahaan tersebut, namun nyatanya Titok dianggap tidak mampu untuk mengendalikan masalah yang terjadi di perusahaan.


Apalagi Ares Inco, yang merupakan pesaing Grup Prayogo milik keluarga Titan mulai bangkit dan mengancam keberadaan Grup Prayogo. Bukan lagi tentang persaingan bisnis, tapi sudah berkaitan dengan nyawa. Titan mengetahui hal itu karena ketika di Amerika ia mendapat surat dengan pesan singkat yang berbunyi :

“Ares bergerak. Keluarga Prayogo hilang sebelum 2014”

Usaha Titan untuk memperbaiki krisis perusahaan bukannya tanpa halangan. Sang kakak, Titok, merasa tersaingi dengan kehadiran Titan, sedangkan Tiara, adik bungsu mereka malah menikah dengan Kevin, putra tunggal dari Ares Inco. Sedangkan ayah mereka, Sigit Prayogo, sedang disibukkan dengan manuver politiknya.

Keadaan semakin bertambah sulit karena Ares Inco mulai bergerak, bahkan mereka tidak sembunyi-sembunyi lagi dengan keinginan menghabisi seluruh keluarga Prayogo. Mereka pun berniat melacak seorang pembunuh bayaran paling ahli yang dijuluki si dokter, untuk membantu melenyapkan keluarga Prayogo tanpa jejak.

Titan harus menjauhkan keluarganya dari bahaya, bahkan hingga memulangkan kembali Kath, kekasih yang dia ajak ke Indonesia, agar tidak terlibat bahaya lebih jauh dalam masalah keluarganya. Terlebih ia memiliki rencana besar yang harus ia jalankan, termasuk menggunakan kartu trufnya yang sangat penting. Meskipun kartu truf itu sebenarnya bisa menjadi bumerang bagi ia dan keluarganya. Namun demi menjaga Grup Prayogo tetap ada di dunia ini, Titan  bersiap mengambil semua resikonya …

“Kalau kau tak siap kehilangan satu hal, kau akan kehilangan segalanya. Aku tak bisa dihentikan, Tan. Aku tak bisa dihancurkan” – Teno

Yap, Tsugaeda kembali dengan novel thriller korporasinya yang selalu sukses buat aku penasaran sampai akhir cerita. Dari awal buku ini sudah mulai dimunculkan berbagai misteri yang membuat pembacanya bertanya-tanya, apa yang terjadi dalam keluarga Prayogo ?

Semua karakter di novel juga diberi deskripsi yang jelas tentang latar belakang mereka, sehingga tidak terlihat sebagai karakter yang asal lewat saja. Untuk karakter dari Prayogo bersaudara ini, menurutku yang paling kuat penggambarannya secara emosi itu si Titok. Meski ada penjelasan tentang masa kecil Titan, Teno dan Tiara, tapi yang paling terasa perkembangannya di cerita ini adalah Titok.

Sedang untuk Teno aku merasa alasan dari semua perbuatannya itu masih masih terlalu lemah digambarkan. Meski aku suka sama karakternya yang rada sinting itu. Untuk karakter Tiara juga porsinyak kurang banyak walau sebenarnya dia punya peranan penting. Sedangkan Titan, dia karakter netral yang berkesan flat. Dibanding Titok dan Teno , ia bisa biasa-biasa aja, dan memang karena Tsugaeda membuat karakter ini tanpa ada kelebihan atau keanehan khusus, sehingga buatku sendiri kurang berkesan.

Justru yang membuat aku kaget adalah karakter si dokter, wow, aku tertipu selama membaca novel ini dengan identitas si dokter. Dan untuk jalinan konspirasi, pantas 2 jempol untuk Tsugaeda yang bisa mengatur semua konspirasi tersebut sampai menjadi satu cerita thriller yang ketika diakhir cerita pikiranku langsung teriak “astaga, ternyata begitu ya ?!”. Pokoknya twist oke punya !!!

Alur cerita serta gaya bahasa khas Tsugaeda ini aku suka. Nggak bertele-tele, cepat tapi tidak melewatkan adegan penting apapun. Setiap akhir bab bisa membuat aku untuk penasaran dan melanjutkan bab berikutnya.

Oiya, di novel ini juga menyebut UBI serta nama Makarim, karakter dari buku Rencana Besar. Dan aku mendukung banget kalau Tsugaeda membuat cerita lagi yang masih berhubungan dengan kejatuhan UBI. Atau mungkin ada side story  lain yang melibatkan UBI dan Makarim ? Jadinya kan unik kalau semua kasus dari novel Tsugaeda ini berkaitan satu sama lain.

Yang jelas aku puas dengan Sudut Mati ini. Bahkan sebelum membaca aku sudah punya ekspektasi tinggi sama buku ini dan Alhamdulillah tidak mengecewakan :D. Dan saking spesialnya, ini buku sempat aku tahan membacanya, bulan Januari aku beli tapi baru terbaca bulan Juni ini. Soalnya berasa sayang kalau buku dengan cerita bagus malah terlalu cepat dieksekusi, hehehe … *sindrom apa ini ??!

Buatku, Sudut Mati pantas dapat rate 4 bintang J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar